Di sudut taman sebuah rumah nampak seorang gadis sedang
asyik dengan puisi-puisinya. Terlihat dirinya sedang menggerutkan kening dan
mengetuk-ngetukkan bolpoint didagunya, menunjukkan kalau dirinya sedang
memikirkan sesuatu untuk kemudian ditulisnya pada lembaran-lembaran kertas.
Saat dia melirik arlojinya dia tersentak terbelalak dan langsung berlari
meninggalkan garapanya. Dia melupakan sesuatu. Handphonenya. Dia pun kembali
lagi untuk mangambilnya. Dia tidak bisa jauh dari handphonenya. Setiap hari dia
membawanya kemana pun dia pergi. Bahkan saat mandi pun dia tetap membawanya.
Hehehe...
“Aduh… hari inikan gue ada les!!!” Omel Marsya sambil berlari
menuju kamar mengambil tas dan langsung pergi naik motor kakak perempuannya
yang bawel abis.
“Heh.. Heh.. Heh.. motor gue! Mau loe
kemanain tuh?”
Tiba-tiba dari dalam terdengar suara
cempreng seorang cewek yang tak lain adalah Dinda kakak Marsya.
“Gue pinjem sebentar neng buat
kondangan!!” Goda Marsya.
“Huft… gue mau keluar dodol” Sewot
Dinda.
“Hualah, pinjem bentar pelit amat sih!!”
Tanpa menghiraukan Dinda yang sibuk ngomel-ngomel, Marsya
pun pergi dengan wajah cengar-cengir karena merasa bangga udah ngebuat kakaknya
manyun lima
meter.
“Loh… loh… loh… kok masih jalan juga sih, hey loe denger
nggak sih gue ngomong apa?” Teriak Dinda.
“Tau ah gelap, yang penting happy!! Hahaha...” Timpal
Marsya sembari meninggalkan halaman rumahnya.
“Huft!!! Awas loe ya, pulang gue sate
loe!!!” Gerutu Dinda.
***
“Kak, maaf saya terlambat!!” Sapa
Marsya sembari menjabat tangan tentornya.
“Marsya!! Lagi-lagi kamu telat! Sekarang kakak tanya, enam
bulan kamu les di sini berapa kali kamu datang tepat waktu??” Tanya Kak Ira, tentor Marsya.
“Aduh,, sudah dong kak! Kuping saya
cenat-cenut nih, saya tadi tuh abis dengerin lagu cemprengnya Kak Dinda, sekarang
kakak juga mau ngomelin saya! Saya sudah hafal kakak mau ngomong apa!!” Jawab
Marsya seolah tanpa beban.
“Tapi Sya kam…”
“Sudah… cukup nyanyinya Kak Ira
cantik, suara kakak bagus kok, telinga saya sampek puyeng nih!!!” Putus Marsya
sembari duduk di bangkunya.
“Huft! Sabar-sabar!” Desah Kak Ira sembari
mengelus-ngelus dadanya, melihat kelakuan murid bandelnya itu.
“Nisa,, sorry telat!!! Gue…”
“Gue tadi keasyikan nulis puisi... gue
liyat jam ternyata udah jam segini, ya… jadi… gue telat deh bla…bla…bla…!!!”
Belum sempat Marsya menjelaskan alasan-alasannya. Nisa udah nyerocos meneruskan
jawaban Marsya.
“Loe kok tau sih…” Heran Marsya.
“Ya iyalah secara tiap hari loe
ngomong gitu ke gue gimana gue nggak hafal.”
“Huft! Terserah loe deh! Rasanya hari
ini gue kena semprot mulu!” Gerutu Marsya sembari mengeluarkan buku dari tasnya
dan memanyunkan bibirnya.
Ditengah pelajaran tiba-tiba handphone Marsya berbunyi.
Rupanya ada SMS yang isinya kata-kata indah.
If you smile, you looked
sweet,
If you sad, you very cute,
If you cry, you very funny,
What you know??
You very special…
Membaca itu, Marsya merasa ke-PDan. Belum pernah dia
mendapat kata-kata manis yang dikhususkan untuk dirinya. Dia fikir kata-kata
itu untuknya. Lalu cepat-cepat dia membalasnya.
“Emm,, makasih ya… loe siapa??”
Handphone Marsya bunyi lagi, rupanya si orang misterius itu
mambalas SMS Marsya. Hati Marsya pun berbinar-binar.
Lalu tanpa pikir panjang dia langsung mambukanya.
“Maaf, gue salah kirim!!”
Serentak hati Marsya pun melebur. Dia pun kecewa dan
memarahi orang misterius itu.
“Heh… Loe tuh bisa ngirim SMS nggak sih? Pakek salah
segala, ngganggu tau!!” Balas Marsya.
“Hey, loe tuh orang apa bukan sih? Gue tadikan dah minta
maaf! Gitu aja nyolot!!” Begitu balasannya. Hal itu membuat Marsya semakin
sebel dan mati gaya.
“Huuuuhhh!!!” Geram Marsya.
“Loe kenapa Sya??” Tanya Abel salah satu temen Marsya.
“Nih… orang gila SMS gue!!” Sewot Marsya.
“Hu.. hu.. hu.. makanya jadi orang jangan ke-PDan! Hahaha…
tuh orang gila udah bener-bener parah kali sakitnya, masa nggak bisa bedain sih
SMSan sama orang apa bukan?? Hahaha” Sahut Dirga temen Les Marsya.
“Diam loe monyong! Gue lempar penghapus baru tau rasa loe!”
Gertak Marsya sambil mengangkat penghapus.
“Ampun Neng… jangan dilempar penghapus dong… dilempar uang
gue juga mau… hahaha” Goda Dirga yang membuat Marsya semakin manyun.
“Huft..” Saking betenya Marsya langsung memberesi
buku-bukunya dan pulang.
“Hey, mau kemana Sya?? Kamukan baru datang masa sudah mau
pulang??” Sergah Kak Ira.
“Halah males kak, saya nggak mood. Saya mau pulang saja!!”
***
Di kamar, tiba-tiba handphone Marsya bunyi lagi. Nampaknya
orang misterius tadi telfon Marsya. Mulanya Marsya males banget ngangkat tuh
telfon karena dia masih sebel soal tadi. Tapi dia juga penasaran. Akhirnya dia
angkat deh tuh telfon. Hehehe
“Em, hallo??” Sapa Marsya.
“Hallo juga..” Rupanya dia seorang cowok. Suaranya cool
banget. Marsya yang semulanya marah jadi agak tenang mendengar suara cowok itu.
“Hey! Hallo??” Cowok itu mengulang lagi.
“Oh.. eh.. ha.. hallo…” Jawab Marsya gagap.
“Em, loe masih marah ya sama gue?? Maaf ya soal tadi, gue
dah bikin loe sewot..” Tutur si cowok dengan halus dan lembut.
“Oh…eh…i..ya.. nggak apa-apa kok! Loe siapa??” Sahut Marsya.
“Kenalin gue Samuel, gue anak Bandung. Loe sendiri siapa? Boleh kenal dong
tentunya??” Samuel balik Tanya.
“Gue Marsya anak Ponorogo aja. Loe kok bisa nyasar ke gue
sih??” Tanya Marsya.
“Sorry, tadi gue salah kirim, gue pengen SMS temen gue,
malah nyasar ke loe. Mungkin jodoh kali, hehehe” Goda Samuel.
“Hahaha… jodoh gimana, kenal juga enggak!” Timpal Marsya.
Mereka berdua saling akrab dan saling mengenal satu sama
lain. Tanpa terasa hubungan mereka semakin dekat. Mereka sering SMS dan
telfon-telfonan. Walau pun belum pernah saling bertemu hubungan mereka berdua
sangat erat. Kalau tiap ada masalah Marsya selalu cerita sama Samuel, dan
Samuel pun memberinya solusi, begitu sebaliknya. Hal ini membawa dampak baik
buat Marsya, sejak dekat dengan Samuel dia jadi terobsesi untuk lebih maju. Dia
menjadi giat belajar dan tidak pernah terlambat. Guru dan teman-teman Marsya
sangat kaget dengan kemajuan Marsya. Kini Marsya menjadi anak yang tergolong
cerdas. Dia juga bisa lebih menahan emosinya. Semua orang sangat bangga
padanya.
***
Hari ini adalah hari paling mengejutkan buat Marsya karena
dia mendapat pengakuan dari Samuel tentang dirinya yang sebenarnya.
Aku merasa
tubuhku bergetar dan terbujur kaku,
Tak bisa gerak,
Tak bisa
teriak,
Dan tak bisa
pula aku membuka kedua mataku,
Ingin rasanya aku
berlari memelukmu,
Karna bila
suatu saat aku pergi,
Aku ingin
berada di pelukanmu,
Agar kau tau
betapa aku sangat menyayangimu,
Agar kau tau
betepa luluhnya diriku karna cintamu,
Agar kau tau
sampai batas akhir
Kan tetap ku jaga tulus cinta
darimu…
Itu adalah kata-kata Samuel untuk Marsya, Marsya pun segera
membalasnya.
Dikala
kegelapan menyelimuti suryaku,
Kau datang
dengan sejuta cahaya cinta pertapa,
Dikala dingin
menari-nari di genggamanku,
Kau hadir
membawa kehangatan dalam jiwa,
Dikala pelangi
tak bercakra bisu,
Kau tinta suci
penggores angkara,
Dikala bintang
tak bernyanyi sendu,
Kau terbang
membawa puing-puing nada birama,
Terimakasih
cinta,
Kau udara di
hidupku,
Tanpamu aku
hanyalah debu yang berlalu…
“Uhh… so sweet… thanks Marsya sayang..” Balas Samuel.
“Thanks balik…” Timpal Marsya
“Em, Sya gue boleh ngomong sesuatu nggak??” Tanya Samuel.
“Em, boleh. Ngomong aja gue siap kok dengerin..” Jawab
Marsya simple.
“Apapun itu??”
“Ya…”
“Tapi gue minta satu hal sama loe!”
“Apa??”
“Setelah loe baca SMS dari gue, loe jangan sedih atau pun
nangis. Gue nggak mau mata indah loe itu bermandikan kesedihan. Gue juga mohon
setelah loe baca , loe jangan marah atau pun membenci gue. Gue sayang banget
sama loe. Loe janji??” Pinta Samuel.
“Hey, ada apa sih? Kok auranya sedih banget. Loe kenapa?
Cerita sama gue ya! Gue janji gue nggak bakal marah atau pun sedih, loe cerita
ya sama gue!”
Namun Samuel tak membalasnya. Hal ini ngebuat Marsya
semakin bingung. Marsya pun SMS Samuel lagi.
“Sam, loe kenapa sih? Jangan buat gue penasarn deh!” Usik
Marsya.
Lima
menit kemudian ada sebuah SMS dari Samuel yang isinya ngebuat hati Marsya perih
bercampur tidak percaya.
“Sya, maafin gue kalau seandainya gue nggak bisa lagi
nemenin loe. Mungkin umur gue nggak akan lama lagi. Sebenernya gue masih pengen
sama-sama sama loe. Gue masih pengen nglindungin loe. Gue sayang banget sama
loe Sya. Maafin gue kalau selama ini gue pernah nyakitin loe. Maafin gue. Gue
sayang sama loe Marsya!” Pesan dari Samuel.
Membaca itu, mata Mrsya tak kuasa menahan bendungan air
mata yang berat dan ingin terjatuh. Tubuh Marsya gugup tak percaya. Lalu dia
segera membalas SMS dari Samuel.
“Loe jangan bercanda deh! Nggak lucu tau!”
Lalu Samuel membalasnya.
“Maaf Sya, berat banget buat gue ngomongin hal ini ke loe.
Sebenernya tuh gue sakit. Gue kena kanker hati. Dokter udah memfonis kalau umur
gue udah nggak bakal lama lagi. Sebenarnya gue juga nggak mau Sya. Tapi gue
nggak bisa milih, Tuhan ngasih jalan ini buat gue. Gua sayang banget sama loe
Sya, gue nggak mau kehilangan loe…” Tutur Samuel.
Tanpa fikir panjang Marsya langsung menelfon Samuel.
“Sam, loe jangan ngomong gitu….!”
Suara Marsya terdengar sesak karena terhimpit oleh air mata
yang terus menetes.
“Sya, loe jangan nangis! Gue nggak mau denger loe nangis.
Please! Gue nggak kuat Sya. Gue nggak bakal maafin diri gue sendiri kalau loe
terus-terusan nangis gara-gara gue…”
Dengan bijak Samuel menasehati Marsya dan Marsya pun kini
agak tenang.
“Sam, loe tau nggak? Hati gue sakit banget loe ngomong
gitu..” Sahut Marsya.
“Maaf Sya, tapi gue harus jujur sama loe sebelum semuanya
terlambat. Gue sa…yang..ba…nget…sa…ma..lo…oe…Sya!”
Suara Samuel menjadi kecil dan semakin kecil, sesekali
terdengar dia terisak-isak. Marsya pun gelisah.
“Sam, loe kenapa?” Tanya Marsya cemas, namun tak ada
jawaban dari Samuel.
“Samuel,, loe jangan kayak gini, gue mohon Sam,,,” air mata
Marsya pun meledak. Tiba-tiba ada seorang cewek mengalihkan pembicaraan mereka.
“Maaf Sya, gue Olin kakak Samuel. Samuel kritis, sekarang
dia sedang di tangani dokter..” Ucap cewek tadi.
“Samuel mana kak?? Samuel mana?? Loe jangan bohongin gue!!”
Teriak Marsya.
“Gue nggak bohongin loe dik, kalau nggak percaya silahkan
loe ke sini liyat sendiri gimana keadaan Samuel!!” Jawab Olin.
Saat itu juga Marsya langsung menutup telfonnya. Dia
langsung pergi ke depan menemui supir pribadinya dan memintanya untuk
mengantarkannya ke Bandung.
Dia tau Bandung jauh banget, tapi dia nggak perduli semua itu, sejauh apapun
akan dia tempuh untuk menemui orang yang di cintainya itu.
***
Besoknya, di Bandung
Marsya menuju ke alamat rumah yang pernah diberikan Samuel padanya. Di rumah
Samuel, pembantunya memberi tahu dimana tempat Samuel dirawat. Hati Marsya
campur aduk, fikiranya kosong. Dia nggak tahu harus percaya atau nggak.
***
“Permisi, apa benar ini kamar Samuel??” Tanya Marsya sopan
dan menahan rasa gugupnya. Dari kejauhan terlihat sosok mata memandangnya
dengan hangat. Dia tak lai adalah Samuel.
“Loe datang? Ini beneran loe Sya? Loe bener-bener ada disini?”
Desah Samuel.
Mendengar itu Marsya langsung berlari memeluk Samuel yang
terbaring diranjang rumah sakit.
“Gue sayang sama loe!” Ucap Samuel mencoba menenangkan
Marsya yang udah nangis berat, seakan takut kehilangan dirinya. Dia tau kalau
Marsya sangat menyayanginya, sampai-sampai Marsya rela ke Bandung hanya untuk bertemu dirinya.
“Sssstt…udah…loe jangan nangis, gue nggak apa-apa kok, gue
baik-baik aja!” Pinta Samuel sembari memegang kedua pipi Marsya untuk menghapus
air matanya.
“Udah Sya, loe tuh cantik, cantik banget, gue nggak mau
kecantikan loe ternodai dengan goresan air mata loe itu! Sya, gue mohon… maafin
gue… gue nggak ada niat buat bikin loe kayak gini.. Sya kalau loe emang sayang
sama gue, gue mohon loe jangan nangis!!” Tutur Samuel lembut.
Marsya tak kuasa mendengar kata-kata lembut namun mengiris
hati itu. Dia tak sanggup bila akhirnya dia nggak bisa denger kata-kata itu
lagi dari Samuel. Marsya tetap memeluk erat tubuh Samuel.
“Sya, maafin gue.. gue sayang banget sama loe!” Samuel
langsung mengecup kening Marsya dan terus memeluknya.
“Samuel… gue juga sayang banget sama loe!”
Namun tak ada jawaban dari Samuel. Samuel terdiam.
“Sam…” Panggil Marsya.
“Samuel…”
Berkali-kali Marsya memanggil Samuel, namun tak ada
jawaban. Mata Samuel tertutup dengan bibir sedikit tersenyum. Seluruh tubuhnya
menjadi dingin dan kaku.
“Samuel… loe kenapa… bangun Sam… loe harus kuat demi gue
Sam,, loe harus bangun… Gue sayang banget sama loe Samuel bangun….” Teriak
Marsya.
“Maaf dik, sebaiknya adik keluar dulu, biar saya
memeriksanya…” Pinta salah seorang dokter sambil mengajak Marsya keluar
ruangan. Orang tua dan Kakak Samuel hanya bisa pasrah dan ikut menangis.
“Samuel…. Samuel kenapa dok?? Tolong dokter bangunin dia…
Samuel….” Teriak Marsya pilu.
“Nak Marsya, tenang ya kita serahin semuanya sama Yang
Kuasa. Tuhan pasti ngasih jalan terbaik buat kita semua..” Nasihat Papa Mama
Samuel dengan bijak sembari menepuk pundak Marsya.
Tak lama kemudian Dokter keluar ruangan dan berkata,
“Maaf Pak, Bu, Dik… kami sudah berusaha semaksimal mungkin.
Tapi Tuhan berkehendak lain. Nak Samuel tidak dapat tertolong…” Jawab dokter
yang membuat suasana menjadi haru dan penuh dengan kehisterisan, tetutama
Marsya. Marsya pun langsung berlari ke dalam ruangan.
“Samuel… loe bangun… gue di sini buat loe… gue sayang
banget sama loe Sam… bangun… gue mohon…” Teriak Marsya.
Seluruh keluarga Samuel pun turut sedih. Mereka tak percaya
secepat itu Samuel meninggalkan mereka semua.
“Maaf dik Marsya, kami akan melepas semua alat medis yang
terpasang. Yang sabar ya. Kita doakan semoga dik Samuel bisa di terima disisih-Nya.”
Tutur salah seorang suster yang hendak melepas semua alat medis yang terpasang
ditubuh Samuel.
“Enggak.. Suster salah... Samuel hanya tidur.. Dia nggak
meninggal, Suster jangan copotin semuanya. Jangan Sus… Samuel hanya tidur…
Samuel bangun…” Jerit Marsya sembari memeluk tubuh Samuel dan menghalangi
suster yang akan melepas alat-alat medisnya.
Tiba-tiba Mama Samuel mendekati Marsya dan membawanya
keluar. Dia menasehati Marsya hingga Marsya tenang. Lalu Mama Samuel menyodorkan
sebuah surat
dari Samuel untuk Marsya. Lalu Marsya pun segera membukanya, serempak Mama
Samuel pergi ke dalam ruangan untuk melihat anak kesayangannya itu untuk
terakhir kali
To
: Marsya tersayang
Marsya sayang,
maafin gue yang nggak lagi bisa jaga’in loe. Maaf banget ya. Gue sayang banget
sama loe melebihi rasa sayang gue ke diri gue sendiri. Gue minta maaf kalau
selama ini gue punya salah sama loe. Gue minta maaf Sya. Gue janji Sya walau
pun tubuh gue nggak ada sama loe lagi, gue tetep ada di samping loe. Karna gue
selalu buat loe. Gue sayang banget sama loe Sya. Maafin gue….
Salam manis
“Nggak… ini nggak mungkin… ini pasti bohong… nggak….
Samuel… nggak…” Jerit Marsya sembari berlari meninggalkan rumah sakit.
Sementara itu di luar mendadak turun hujan, seolah langit pun menangisi kepergian
Samuel. Tubuh Marsya basah kuyup oleh air hujan. Marsya berlari dan berteriak
sekencang-kencangnya sambil menggenggam surat
dari Samuel yang mulai lepek oleh air hujan. Hatinya rapuh dan hancur melihat
orang yang sangat dia cintai pergi untuk selamanya. Marsya pingsan. Sopirnya
pun membawanya ke dalam mobil untuk pulang ke rumah.
***
Di rumah,
“Marsya sayang…Kamu habis dari mana saja tiga hari kamu
nggak pulang? Mama Papa dan semuanya panik nyarikin kamu sayang, handphone kamu
juga nggak aktif…” Sapa lembut Mama Masrya.
Marsya langsung memeluk Mamanya dan menangis tersedu-sedu.
“Kamu kenapa sayang? Cerita sama Mama ya?” Pinta Mama
Marsya sembari membelai rambut Marsya.
Lalu Marsya pun menceritaklan semua yang dia alami, dan Mamanya
pun memberikan nasihat untuknya.
***
Satu minggu sudah kepergian Samuel, namun Marsya tak
kunjung jua berhenti memikirkan Samuel. Dia masih tak percaya. Hatinya hancur
bila mengingat orang yang dicintainya terbujur kaku. Kini tak ada lagi sosok
Samuel dalam kehidupan Marsya. Tak ada SMS-SMS lucu, puisi-puisi indah dan
telfon dari Samuel. Semuanya lenyap dalam kepedihan hati Marsya. Kini Marsya
menjadi pendiam dan suka mengurung diri di kamar.
***
Marsya menuangkan seluruh kepiluan hatinya dalam tulisan-tulisan
indah lalu dia berbaring di kasurnya sambil menghayati lagu Bunga Citra Lestari
yang Berjudul Aku Tak Mau Sendiri yang semakin menambah kepiluan hati Marsya.
Dikala cinta
mempertemukan kita,
Kau sanjung aku
di saat mentari tak bersahaja,
Tulus cintamu
membuat diriku seakan satu selamanya,
Walau tercipta
dengan segala beda,
Akan ku jaga
kau dengan segenap cinta yang ada,
Bersatu kita
selamanya,
Berjalan berdua
melewati hamparan dunia,
Tapi,
Kini tak ada
sapa di antara kita,
Semuanya lenyap
dalam kepedihan,
Hatiku rapuh
dan hancur,
Perih yang ku
alami,
Bagaikan pisau
menyayat hati,
Sakit yang ku
jalani,
Bagaikan cambuk
menerpa diri,
Rindu yang tak
berlalu,
Bagaikan jiwa
tertusuk duri nan pilu.
Kini jiwamu tak
bersamaku,
Karna jiwamu
telah mati,
Hidupku pun
terasa sunyi tanpa dirimu.
Diriku bagaikan
pohon tanpa daun,
Hidupku terasa
kosong tanpa dirimu,
Tak mungkin aku
berhenti mencintaimu,
Tak mungkin
pula aku hidup tanpa kasihmu,
Aku hanya bisa
menanti,
Sampai tangan
Tuhan menyatukan kita….
Tiba-tiba tubuh Marsya terasa ringan, ringan dan ringan.
Seolah-olah dia terbang bersama malaikat. Dari luar Mama Marsya datang bertujuan
untuk membawakan makanan untuknya. Mama Marsya terkejut saat melihat Marsya
tergeletak melemas di ranjangnya. Lalu Mama Marsya segera membangunkan putri
kesayangannya itu. Namun tak ada respon dari Marsya. Tubuh Marsya mendingin
kaku. Mama Marsya histeris. Dokter datang, sejak saat itu suasana menjadi riuh.
Mama, Papa dan Kakak Marsya bingung ada apa dengan Marsya. Dokter pun keluar
kamar membawa berita duka. Dokter menyatakan bahwa Marsya telah pergi. Mendadak
suasana manjadi heboh.
Marsya telah tiada. Dia meninggakan kita semua. Dia telah
tersenyum bahagia di surga bersama cinta sucinya. Kini Tangan Tuhan telah menyatukan
mereka berdua…
‘TAMAT’