Winnie The Pooh Glitter Tulisanku: Cerpen 'Aku, Valentine, dan Ulang Tahun' (By. Nindya Kusuma Dewi)

Sabtu, 06 Juli 2013

Cerpen 'Aku, Valentine, dan Ulang Tahun' (By. Nindya Kusuma Dewi)

            Halo namaku Icha, lengkapnya Viovalent Icha Bramantyo. Nama Vio diambil dari nama Mamaku Viona, Valent karna aku lahir tepat dihari valentine, Icha nama pemberian Papaku dan Bramantyo nama marga keluargaku. Aku adalah siswi kelas sebelas disalah satu SMA terfavorit di Bandung. Papaku seorang direktur utama disebuah perusahaan ternama, Mamaku mantan model dan sekarang Mama mengelola usaha butik. Hidupku nyaris sempurna ditambah aku punya pacar yang ganteng, baik, kaya pula J namanya Aldy. Aldy adalah anak dari Om Burhan dan Tante Maya. Om Burhan adalah pemilik hotel dan restoran kelas atas di Bali, sedangkan Tante Maya pengusaha salon. Tante Maya dulu sahabat Mamaku, jadi orangtua kami sangat setuju dengan hubungan kami.
            Perlakuan Mama Papaku yang selalu memanjakanku membuatku tumbuh menjadi gadis manja, sombong dan angkuh. Aku selalu ingin menang sendiri, seperti hari ini, aku mogok nggak mau sekolah hanya gara-gara seragamku belum disetrika Mbok Nah, pembantu dirumahku.
            “Untung Mama Papa nggak ada, kalo ada pasti Mbok Nah udah dipecat! Niat kerja nggak sih Mbok?” Bentakku.
            “Maaf non, saya bener-bener lupa. Ini sudah Mbok setrikain jadi non bisa ganti baju. Ini juga masih jam enam lewat lima menit. Jadi Non nggak mungkin telat.” Jelas Mbok Nah.
            “Pokoknya aku nggak mau sekolah, dan semua itu gara-gara Mbok Nah! Mbok sendiri taukan kalo aku dandannya lama. Jadi mana sempet?” Aku mengambil seragamku dan melemparkannya kelantai.
            “Mbok minta maaf Non Icha..” Mbok Nah menangis.
            “Maaf maaf. Bisanya Cuma maaf terus. Apa-apa kok maaf, kerja gitu aja nggak becus!” Gertakku sambil meninggalkan Mbok Nah yang terjatuh dilantai gara-gara aku senggol pundaknya dengan keras.
***
            “Sayang, kamu kenapa nggak masuk?” SMS dari Aldy.
            “Gara-gara Mbok Nah tuh, seragamku nggak disetrikain, jadinya aku telat.” Jawabku.
            “Yahh.. aku kesepian banget tanpa kamu yang..”
            “Haha lebay, ok deh sebagai gantinya gimana kalo nanti kita jalan?”
            “Hmm... ok sayang, aku jemput jam dua ya?”
            “Ok!”
            “Eh udah dulu ya yang. Pak Slamet udah dateng nih, nanti aku dimarahin lagi kalo ketahuan SMSan.”
            “Iya deh, selamat belajar. Sampai ketemu nanti.”
            “Iya sayang, muuach..”
***
            “Non mau kemana?” Tanya Mas Randy, anak Mbok Nah sekaligus yang menjadi supir pribadi aku.
            “Kenapa sih tanya-tanya, pengen tau urusan orang aja!!”
            “Lha kan sudan menjadi kewajiban saya nganterin Non kalo mau kemana-mana.”
            “Nggak nggak nggak!! Aku ogah sudi dianterin sama Mas! Udah jelek, dekil, udik, bau lagi. Ih malu dong kalo temen-temen aku tau!!”
Mas Randy terdiam.
            “Udah Mas masuk sana, sebentar lagi Aldy datang!!”
            Dan benar, Aldy datang dengan honda jazz metalicnya, terlihat sangat keren dan macho. Aldy turun dari mobil lalu menuju kearahku dan mengecup pipiku.
            “Udah lama nunggu yang?” Sambil memberiku setangkai bunga mawar.
            “Nggak kok baru aja. Hmm makasih sayang. Kita jalan kemana nih?”
            “Udah deh kamu ikut aku aja, pasti kamu seneng.”
            Aku tersenyum sambil berjalan menuju mobil. Aldy membukakan pintu.
            “Makasih sayang” Aku masuk.
            “Oke,,”
            Didalam mobil Aldy menatapku. Aku jadi salting.
            “Hmm kamu kenapa sih yang nglihatin aku seperti itu?”
            Aldy tersenyum dan berkata “Kamu cantik sekali hari ini” sambil mendekatkan bibirnya kearah bibirku. Aku tahu maksud Adly ingin menciumku. Aku membiarkan Aldy mencium bibirku dan aku juga nggak segan-segan untuk membalas ciumannya. Tak lebih dari lima belas menit kami berciuman Aldy langsung menyalakan mobilnya dan kami pun melesat menuju tempat yang dimaksud Aldy.
***
            “Tempat apa ini yang?”
            “Udah, ayo masuk aja!” Ajak Aldy.
            Sampai didepan pintu tercium bau alkohol yang sangat menyengat, dari dalam terdengar suara musik yang samar.
            “Kamu ngajakin aku ke diskotik ya?
            Aldy tersenyum diam, sambil menarik lenganku dan membawaku kesebuah pintu yang gelap. Setelah pintu dibuka, suara musik terdengar sangat keras. Didalamnya terdapat banyak remaja yang mungkin seumuran dengankubahkan dibawaku, mereka asik menari, berjoget, ada yang sedang melayani pria-pria hidung belang. Aku shock melihat pemandangan yang sama sekali belum pernah aku lihat sebelumnya. Aldy memberiku minum.
            “Sedikit minuman untuk gadis cantikku!!” Teriak Aldy sambil memberikan segelas alkohol kearahku.
            “Tapi Al..” Aku mencoba menolaknya.
            “Kalo kamu cinta sama aku, minum ini dong!”
            Aku pun meraih gelas tersebut dari tangan Aldy dan meminumnya sampai habis.
            “Sayang pinter! Mau nambah lagi?”
            “Udah Al.. loh, Al kok mataku tiba-tiba jadi kabur gini. Aduh kepalaku berat banget Al..” dan semuanya menjadi gelap.
***
            Matahari pagi bersinar tepat diwajahku, membangunkan aku dari tidur gelapku. Hari ini umurku genap berusia 17 tahun. Perlahan aku membuka kedua mataku dan aku sangat kaget melihat keadaan tubuhku tanpa busana. Aku segera menutupi tubuhku dengan selimut. Aku melihat disekeliling ruangan yang sangat asing dimataku. Terlihat bajuku yang berserakan dilantai. Pandanganku terhenti tepat di sebuah cermin yang tersaji tulisan yang sangat membuatku geram.
HAPPY BIRTHDAY SAYANG : )
THANK’S YA SAYANG, UDAH NGASIH MALAM TERINDAH BUAT AKU!!
OH YA, ITU KADO SPESIAL BUAT KAMU : )
            Aku baru sadar kalo ternyata Adly menipuku. Semalam dia memperkosaku. Aku menangis, aku takut kalo aku hamil.
***
            Dirumah, aku nggak berani menatap wajah Mbok Nah dan Mas Randy, aku malu, aku hina. Aku mencoba menelpon Aldy namun nggak aktif. Aku menghubungi rumahnya Aldy, Tante Maya, dan Om Burhan, namun nggak ada jawaban. Sorenya aku meminta Mas Randy mengantarkanku kerumah Aldy. Tetangga Aldy bilang kalo Aldy dan keluarganya udah pindah keluar negeri.
            “Brengsek!! Aldy, kamu brengsek!!” Teriakku histeris.
            “Non yang sabar ya. Nggak baik marah-marah dihari yang spesial buat Non.” Tutur Mas Randy sambil menepuk pundakku. Entah sadar atau nggak aku malah memeluk Mas Randy. Aku menangis dalam pelukannya. HPku berbunyi, dan ternyata nomor rumah.
            “Halo!!” Gertakku.
            “Halo Non Icha, Non, cepat pulang Non, Nyonya dan Tuan Non, Cepat pulang!!” Renggek Mbok Nah gelisah.
            “Papa Mama kenapa Mbok? Berantem? ... Halo? Mbok? Mbok Nah?” Tiba-tiba telpon terputus. Aku bingung kenapa dengan orang rumah. Lalu aku mengajak Mas Randy pulang.
***
            Didepan rumah, aku melihat banyak sekali orang-orang dirumahku. Aku melihat bendera kuning terpasang disamping gerbang dan didepan pintu rumahku. Aku turun dari mobil. Aku berjalan lemas, fikiranku kosong. Dalam hati memanggil, “Mama.. Papa.. Mama.. Papa.. Mama.. Papa.. Maa.. Paa..” langkah demi langkah kulalui tanpa luput aku memanggil Mama Papaku. Setibanya didepan pintu, aku melihat dua sosok yang tertidur ditutupi kain putih. Aku memandang sudut demi sudut rumahku. Dimana Mama? Dimana Papa? Namun aku tak menemukan mereka. Mbok Nah memelukku,
            “Itu siapa mbok? Papa Mama mana?” Tanyaku.
            Mbok Nah menangis,
            “Itu siapa mbok? Jawab!!”Bentakku sambil meneteskan air mata.
            “Non, yang sabar ya Non..”
            “Mbok, itu bukan Mama Papakan Mbok?”
Mbok Nah memelukku erat.
“Jawab mbok, jangan diem aja! Itu bukan Mama Papakan mbok?” Gertakku. Aku langsung menuju dua jasad yang terbujur tertutup kain putih tersebut. Aku membuka salah satu dari kain mereka. Mataku terbelalak saat aku melihat Mamaku dibungkus plastik bening dengan wajah Mama rusak berlumuran darah.
“Mama!! Mama kenapa? Tolong Mbok Nah, mama jangan dibungkus seperti ini, nanti Mama nggak bisa nafas mbok.” Tangisku meledak. Mbok Nah memelukku. Sontan aku membuka jasad yang satunya.
“Papa!! Papa juga, kenapa kalian berdua berperilaku konyol seperti ini? Paa.. Maa.. jangan seperti ini. Ayo bangun, hari ini hari ulang tahun Icha Paa Maa, tapi bukan kado seperti ini yang Icha Pengenin. Paa.. Ma.. jangan tinggalin Icha. Icha takut sendiri Paa.. Maa.. Bangun!!” Aku menangis sejadi-jadinya. Lalu semuanya berubah menjadi gelap. Dan ketika aku bangun,
“SURPRIZE!! Happy birthday to you, Happy birthday to you, Happy birthday to you, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday to Icha...”
“Papa.. Mama.. Aldy.. Jadi aku cuman mimpi? Ini beneran Papa Mama kan? Kalian masih hidup?” Aku menggenggam erat tangan Papa dan Mama.
“Kamu ini ngomong apa sih sayang, kami masih hiduplah.” Tutur Mama sambil memelukku.
“Kamu tadi pasti mimpi buruk ya? Kamu tidur lama banget. Kata Mbok Nah kamu tidur dari kemaren pagi sampe sekarang. Wah.. Papa heran, kok kamu betah ya!!
“Hah? Aku tidur selama itu?” Jawabku kaget.
“Hadeh.. jangan bahas tidur dong, buruan ini ditiup lilinnya. Panas tauk tangan Aldy!!” Tiba-tiba Aldy memecahkan keharuan kami.
Aku memandangi wajah Aldy, wajah innocent, cengar-cengir, cengengesan. Aku masih sedikit kesal dengan kelakuannya dimimpiku. Tapi semua aku tepis dengan segera.
“Make a wish dulu sayang,,” Tegur Mama
“Iya Maa..”
Dalam diam aku berdoa, “Tuhan, terimakasih ternyata itu semua cuman mimpi. Tuhan aku sayang Papa, Mama dan Aldy. Jangan kau ambil mereka dariku Tuhan, aku sangat sayang mereka. Kabulkan doaku, Tuhan. Amin.”
Perlahan aku membuka kedua mataku. “Dimana Papa, Mama, Aldy?”
“Alhamdulillah, Non sudah sadar..”
“Aku dimana mbok? Papa, Mama, Aldy mana Mbok? Barusan mereka ngasih surprize ultah buat aku mbok. Sekarang mereka dimana?” Aku seperti orang ling-lung yang kehilangan akalnya. Lagi-lagi fikiranku kosong. Aku bingung dengan semua ini. Lalu Mbok Nah memopongku menuju dua buah kuburan. Di situ tertulis nama Indrawan Bramantyo dan Viona Bramantyo, nama Papa Mamaku. Aku tertawa,
“Haha, ini gila! Ini mimpi!” Aku berlari meninggalkan kuburan. Aku berlari menuju rumahku. Aku terdiam duduk disofa, terlihat orang-orang pada sibuk mempersiapkan pengajian untuk Mama dan Papa. Tiba-tiba sekawanan polisi datang dan menyuruh semua yang ada dirumah keluar. Salah satu dari mereka mendatangiku,
“Selamat Siang, Apa benar ini kediaman Alm. Bapak Indrawan Bramantyo?”
“Benar, saya anaknya. Ada apa ya?”
“Maaf, kami mendapat tugas untuk menyita seluruh aset kekayaan baik rumah, perusahaan, perkebunan dan butik milik Pak Indra.
“Tunggu! Kenapa bisa begitu?” Jawabku spontan.
“Semasa hidupnya Pak Indra mempunyai hutang kepada salah satu perusahaan, dan kini perusahaan tersebut menuntut hak mereka. Ini surat bukti penyitaannya!” Jawab salah satu polisi sambil menyerahkan sebuah amplop yang berisi surat, di surat tersebut dituliskan bahwa Papa ngutang sebanyak 200 milyar dan sebagai jaminanya rumah, perusahaan, perkebunan serta butik Mama.
“Astaga!! Cobaan apa lagi ini,, Tuhan!!” Aku terjatuh di teras rumah. Hatiku tak rela melihat para polisi tersebut menyegel rumahku. Tapi apa daya tangan ini tak mampu bergerak, mulut ini terasa kaku untuk berteriak. Setelah polisi-polisi tersebut pergi, mas Randy dan Mbok Nah datang.
“Ya Tuhan Non Icha.. mbok dan Randy mencari Non Icha kemana-mana Non, syukurlah kalo Non nggak apa-apa.” Ucap Mbok Nah sambil memelukku.
Tiba-tiba Mas Randy membuka pintu dan “Loh, kok dikunci, orang-orang pada kemana Non?” Tanya Mas Randy dan tidak sengaja melihat tulisan dipintu.
“RUMAH INI DISITA”
“Astagfirullahalazim Non..” Kaget Mas Randy yang kemudian disusul Mbok Nah. Mereka menangis sambil memelukku. Aku hanya terdiam dengan fikiran kosong. Aku shock. Aku ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.
***
“Mulai sekarang, Non tinggal digubuk kami ini saja ya Non?” Tutur Mbok Nah sambil membelai rambutku, sementara Mas Randy menyiampak makanan.
“Makasih ya Mbok Nah, Mas Randy, kalian udah baik banget sama aku padahal aku selalu kasar sama kalian, maafin saya ya Mbok, Mas!!” Aku menangis sambil memeluk Mbok Nah dan Mas Randy.
“Iya Non, kami sudah memaafkan Non Icha dari dulu. Malah kami yang seharusnya minta maaf Non nggak pernah becus ngurusin Non Icha.” Sesal Mbok Nah.
“Iya Cha” Tambah Mas Randy.
“Kalian semua nggak salah kok..” Jawabku.
“Ya sudah, sekarang kita makan dulu terus sholat dan ngaji, kita berdoa buat Tuan Indra sama Nyonya Viona.” Ajak Mbok Nah.
“Sholat? Ngaji? Tapi aku nggak bisa ngaji. Sholat juga, bacaannya aku lupa..”
Mbok Nah dan Mas Randy tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Gampang, nanti Mas ajarin” Tawar Mas Randy.
***
“Ayo Non, wudlu dulu!!” Ajak Mbok Nah.
“Iya Mbok!!” Aku mengikuti gerakan wudlu Mbok Nah. Setelah itu aku berdoa delesai wudlu dengan bahasaku sendiri. Kata Mbok Nah, nggak apa-apa yang penting niatnya harus bener-bener berdoa kepada Allah SWT. Setelah itu aku sholat. Mas Randy yang menjadi imamnya. Aku mengikuti gerakan-gerakan mereka. Gerakan demi gerakan aku hayati dengan niat yang sungguh-sungguh. Sekilas terlintas dosa-dosa yang telah aku lakukan, sama Mbok Nah, Mas Randy, Mama, Papa, Aldy, dan orang-orang yang lain. Aku menangis pilu. Aku bersujud meminta pengampunan Allah. Setelah itu aku mendoakan kedua orangtuaku. Air mataku seakan menjadi luapan hatiku. Aku menghapus air mataku dan menyudahi doaku dengan mengucap amin. Aku mengecup dan mencium tangan Mbok Nah. Kemudian Mas Randy menepati janjinya untuk mengajari aku ngaji. Ayat demi ayat ku lafadkan dengan terbata-bata. Namun dengan niat yang keras akhirnya aku menyelesaikan surat yasin tersebut. Aku berdiri untuk merapikan buku-buku yasin dan mukena. Tapi tiba-tiba kepalaku berat banget, mataku kabur, badanku lemes dan gelap...
***
“Icha.. Icha.. bangun sayang..”
Aku membuka kedua mataku.
“Mama.. Papa.. Ini pasti mimpi lagi kan? Atau aku sudah mati nyusul Papa Mama? Tuhan, jangan permainin aku seperti ini dong!!” Rintihku.
“Hust.. kamu ini ngomong apa sih Cha?” Gertak Papa.
“Kamu tadi pas make a wish pingsan nak. Mama takut kamu kenapa-napa. Kamu kenapa sih sayang?” Belai Mama sambil memelukku. Aku melepaskan pelukan Mama dan berlari keluar kamar. Saat aku membuka pintu,
“NON ICHAAAA!!! Happy Birthday!! Selamat Ulang Tahun!!”
“Mbok Nah, Mas Randy?” Aku langsung memeluk Mbok Nah dan Mas Randy. Aku menangis.
“Non Icha kenapa?” Tanya Mbok Nah heran.
“Maafin Icha Mbok, selama ini Icha sudah kasar sama Mbok Nah. Mas Randy juga, maaf ya Mas. Maafin semua kesalahan Icha..”
“Mbok sudah maafin kok Non.”
“Iya, Mas Randy juga sudah maafin Non Icha..” Tambah Mas Randy,
“Woy, tiup lilin dulu sayang, dari tadi ditungguin suruh tiup lilin malah bobok mulu kamu tuh,,” Sambar Aldy.
Aku memukul lengan Aldy. “Kamu harus tanggung jawab!!”

Tawa kami meledak. Aku meniup lilin 17 ku. Umurku udah 17 tahun. Diumurku yang baru ini aku harus berubah menjadi Icha yang baik hati dan manis semanis coklat valentine...
~TAMAT~

Judul : Aku, Valentine, dan Ulang Tahun
By    : Nindya Kusuma Dewi

NO COPAS!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aturan komentar :
- Berikan komentar dengan bahasa yang sopan dan santun
- Jangan disingkat-singkat
- Komentar dengan kata-kata kotor tidak akan saya publikasikan