Winnie The Pooh Glitter Tulisanku: Tulisan 'Kenyataan Pahit' (By. Nindya Kusuma Dewi)

Minggu, 07 Juli 2013

Tulisan 'Kenyataan Pahit' (By. Nindya Kusuma Dewi)

        Aku terbangun dari tidurku, saat aku mendengar burung-burung bernyanyi diluar sana. Aku bergegas untuk berdiri menuju jendela kamar, menghayati lukisan Tuhan yang luar biasa, merasakan hembusan nafas Tuhan yang menyejukkan. Selamat pagi dunia, semoga hari ini jauh lebih baik dari hari kemarin.
          Aku terdiam duduk didepan cermin. Aku memandangi diriku, terlihat kedua mataku menjadi sipit efek nangis semalam. Aku tersenyum, ternyata cinta bisa juga merubah bentuk seseorang. Aku memperhatikan Hpku yang bergetar, menyimbolkan kalau ada pesan masuk. Dilayar Hpku tertera nama “Jeleg” julukan sayangku untuk orang yang sangat aku cintai, Rio Pradana Suharto. Aku kembali diingatkan tentang kejadian semalam, dimana Rio mengungkapkan kalau perasaan cintanya sudah mulai luntur, air mataku kembali menetes. Aku segera melihat wajahku dicermin. Aku tertawa geli, bener kata Yangti, aku terlihat juuueleg kalo lagi nangis. Aku segera menghapus air mataku. Aku tersenyum. Aku nggak boleh nangis lagi. “BIG GIRL DON’T CRY” moto gue sekarang men J
          Aku berdiri berjalan keluar kamar, meninggalkan kepedihan ini, meninggalkan Hpku, meninggalkan pesan dari Rio tanpa aku membacanya.
***
          Aku menyalakan laptopku, memasang modem. Aku segera membuka jejaring sosial. Entah kenapa orang-orang dijejaring sosial lebih bisa bikin aku nyaman ketimbang orang-orang dikehidupan nyata. “@Devara S Wijaya, aku tau kalo sebenarnya kamu naksirkan sama cowokku. Kamu berusaha ngebuat agar cowokku nyaman kalo pas lagi sama kamu. Intinya, aku tau semuanya. Aku tau apa yang kamu rasain sekarang, karna aku juga pernah ngalamin hal serupa dan dengan orang yang sama pula. Udah lama aku menyadari hal itu, aku nggak tau cowokku tau apa nggak tentang hal ini. Aku nggak mau ada keributan. @Rio Pradana Suharto, makasih sayang kamu selalu sukses bikin aku galau.” [dalam hati gue J]
          Mungkin lebih baik aku diem aja, membiarkan Sang Pencipta memainkan roda kehidupan ini. Aku yakin semua akan indah pada waktunya J
***
          Saat dijalan, aku melihat seorang gadis kecil bermain dengan ibunya. Betapa bahagianya gadis kecil tersebut. Pemandangan ini membawaku kembali ke sekitar 15 tahun silam, saat dimana aku benar-benar membutuhkan Mama. Saat itu aku berusia jelang 14 bulan, kata Yangti. Aku nggak tau ini nyata atau rekayasa, yang jelas hal ini ngebuat aku ngebenci Mama sampai sekarang.
          Awalnya Mama sama Ayah waktu pacaran akur banget, tapi setelah menikah dan punya anak aku, semua berubah drastis, jelas Yangti. Ayah Mama tiap hari berantem, hingga akhirnya Mama memutuskan untuk pergi keluar negeri. Saat itu  Mama dengan bangga mengaku kalau dirinya lajang, padahal kenyataanya dia sudah menikah dan punya aku. Aku kecewa, aku sakit hati, aku benci Mama. Sejak saat itu aku diasuh oleh Yangti sama Akungku, aku sayang banget sama mereka. Mereka sudah seperti orang tuaku sendiri. Namun diantara mereka berdua aku lebih deket sama Akung.
          Mama pulang, namun tak ada perubahan. Orang tuaku masih sering berantem seperti dulu, hingga lahir adikku. Aku pernah menyuruh mereka berdua cerai, namun Mama nggak mau. Mama minta maaf sama aku dan dia pengen keluargaku sama keluarga dia damai. Tapi Mama juga tetep gak bisa berubah. Sampai akhirnya Akung meninggal. Kepergian Akung merupakan pukulan hebat buat keluargaku, terutama buat aku. Jiwaku rapuh, kehilangan orang yang selalu menjadi motivatorku, dan semua ini karna orang tuaku. Coba kalau mereka bisa lebih dewasa sedikit, pasti Akung masih sama-sama sama aku. Sebelum meninggal akung sempet nulis surat, salah satu isi surat itu adalah dia bilang kalo dia udah capek nuntun orang buta, dan orang buta disini yang dimaksud adalah orang tuaku.
          Berbagai kisah ku lalui tanpa ada Akung. Aku kangen, Akung adalah sosok kakek yang tegas, disiplin, kocak dan penyayang. Akung adalah seorang kepala sekolah sekaligus sekretaris satu di sebuah koperasi. Ahh.. udah ahh, nggak mau bahas Akung. Mewek lagi nih gue L
          Orang tuaku semakin hari kian bertingkah. Ayah selingkuh, Mama juga. Aku pasrah ngadepin mereka. Jujur, sebenarnya aku iri sama anak-anak lain diluar sana yang lengkap akan kasih sayang orang tua, terutama Mama mereka :’) terkadang aku mikir, buat apa aku punya Mama kalo aku nggak pernah ngrasain kasih sayang dari Mama. Aku juga kangen adikku. Padahal rumah Yangti sama rumah Mama deket, masih sama-sama dalam satu kota, tapi kenapa bertemu aja harus nunggu lebaran. Yah yah yaaahh.. tuh kan gue nangis lagi.
***
          “Woy.. woy.. woy..!! Dewi ! Nglamun terus dari tadi. Kamu kenapa sih?” Vida memecahkan lamunanku.
          “Eh.. sorry sorry Da, aku lagi nggak konsen nih!” Jawabku.
          “Kamu kenapa sih? Ada masalah?” Tanya Vida.
          “Eh.. enggak kok, aku cuman lagi nggak enak badan!” Jelasku.
          “Yaudah, aku anterin kamu pulang deh!”
          “Tapi Da. Aku..”
          “STOP! Dilarang protes! Aku males lihat kamu murung kaya gini. Aku takut kamu kenapa-napa! Udah, sekarang kita pulang aja!” Tegas Vida.
***
          “Mungkin lebih baik hubungan kita sampai disini aja! Sepertinya kita udah nggak cocok. Lagi pula cintamu bukan buat aku!”
          “Tapi Dew..”
          “Sudahlah Rio, aku nggak apa-apa kok, kitakan masih bisa temenan J
          “OK! Kalo itu mau kamu..”
***
          Hari demi hari ku lalui tanpa ada Rio disisihku. Kangen, rindu merajukku. Tapi biarlah, mungkin ini yang terbaik buat semuanya. “Aku sayang banget sama kamu melebihi apapun, aku rela nglakuin apa aja buat kamu, termasuk merelakanmu pergi”

          Terdengar kabar kalau Rio jadian sama Devara. Aku bahagia meski akhirnya aku harus kehilangan orang yang sangat aku sayangi dan cintai lagi, dan lagi. Selamat tinggal motivatorku, semoga kalian bisa dapatkan kebahagiaan yang abadi tanpa adanya aku..

Judul  : Kenyataan Pahit
By     : Nindya Kusuma Dewi
Date  : 02-01-2013

1 komentar:

Aturan komentar :
- Berikan komentar dengan bahasa yang sopan dan santun
- Jangan disingkat-singkat
- Komentar dengan kata-kata kotor tidak akan saya publikasikan