Aku terbangun dari tidurku, saat aku mendengar
burung-burung bernyanyi diluar sana. Aku bergegas untuk berdiri menuju jendela
kamar, menghayati lukisan Tuhan yang luar biasa, merasakan hembusan nafas Tuhan
yang menyejukkan. Selamat pagi dunia, semoga hari ini jauh lebih baik dari hari
kemarin.
Aku terdiam
duduk didepan cermin. Aku memandangi diriku, terlihat kedua mataku menjadi
sipit efek nangis semalam. Aku tersenyum, ternyata cinta bisa juga merubah
bentuk seseorang. Aku memperhatikan Hpku yang bergetar, menyimbolkan kalau ada
pesan masuk. Dilayar Hpku tertera nama “Jeleg” julukan sayangku untuk orang
yang sangat aku cintai, Rio Pradana Suharto. Aku kembali diingatkan tentang
kejadian semalam, dimana Rio mengungkapkan kalau perasaan cintanya sudah mulai
luntur, air mataku kembali menetes. Aku segera melihat wajahku dicermin. Aku tertawa
geli, bener kata Yangti, aku terlihat juuueleg kalo lagi nangis. Aku segera
menghapus air mataku. Aku tersenyum. Aku nggak boleh nangis lagi. “BIG GIRL
DON’T CRY” moto gue sekarang men J
Aku berdiri
berjalan keluar kamar, meninggalkan kepedihan ini, meninggalkan Hpku,
meninggalkan pesan dari Rio tanpa aku membacanya.
***
Aku
menyalakan laptopku, memasang modem. Aku segera membuka jejaring sosial. Entah
kenapa orang-orang dijejaring sosial lebih bisa bikin aku nyaman ketimbang
orang-orang dikehidupan nyata. “@Devara S Wijaya, aku tau kalo sebenarnya kamu
naksirkan sama cowokku. Kamu berusaha ngebuat agar cowokku nyaman kalo pas lagi
sama kamu. Intinya, aku tau semuanya. Aku tau apa yang kamu rasain sekarang,
karna aku juga pernah ngalamin hal serupa dan dengan orang yang sama pula. Udah
lama aku menyadari hal itu, aku nggak tau cowokku tau apa nggak tentang hal
ini. Aku nggak mau ada keributan. @Rio Pradana Suharto, makasih sayang kamu
selalu sukses bikin aku galau.” [dalam hati gue J]
Mungkin
lebih baik aku diem aja, membiarkan Sang Pencipta memainkan roda kehidupan ini.
Aku yakin semua akan indah pada waktunya J
***
Saat
dijalan, aku melihat seorang gadis kecil bermain dengan ibunya. Betapa
bahagianya gadis kecil tersebut. Pemandangan ini membawaku kembali ke sekitar
15 tahun silam, saat dimana aku benar-benar membutuhkan Mama. Saat itu aku
berusia jelang 14 bulan, kata Yangti. Aku nggak tau ini nyata atau rekayasa,
yang jelas hal ini ngebuat aku ngebenci Mama sampai sekarang.
Awalnya Mama
sama Ayah waktu pacaran akur banget, tapi setelah menikah dan punya anak aku,
semua berubah drastis, jelas Yangti. Ayah Mama tiap hari berantem, hingga akhirnya
Mama memutuskan untuk pergi keluar negeri. Saat itu Mama dengan bangga mengaku kalau dirinya
lajang, padahal kenyataanya dia sudah menikah dan punya aku. Aku kecewa, aku
sakit hati, aku benci Mama. Sejak saat itu aku diasuh oleh Yangti sama Akungku,
aku sayang banget sama mereka. Mereka sudah seperti orang tuaku sendiri. Namun
diantara mereka berdua aku lebih deket sama Akung.
Mama pulang,
namun tak ada perubahan. Orang tuaku masih sering berantem seperti dulu, hingga
lahir adikku. Aku pernah menyuruh mereka berdua cerai, namun Mama nggak mau.
Mama minta maaf sama aku dan dia pengen keluargaku sama keluarga dia damai.
Tapi Mama juga tetep gak bisa berubah. Sampai akhirnya Akung meninggal.
Kepergian Akung merupakan pukulan hebat buat keluargaku, terutama buat aku.
Jiwaku rapuh, kehilangan orang yang selalu menjadi motivatorku, dan semua ini
karna orang tuaku. Coba kalau mereka bisa lebih dewasa sedikit, pasti Akung
masih sama-sama sama aku. Sebelum meninggal akung sempet nulis surat, salah
satu isi surat itu adalah dia bilang kalo dia udah capek nuntun orang buta, dan
orang buta disini yang dimaksud adalah orang tuaku.
Berbagai
kisah ku lalui tanpa ada Akung. Aku kangen, Akung adalah sosok kakek yang
tegas, disiplin, kocak dan penyayang. Akung adalah seorang kepala sekolah
sekaligus sekretaris satu di sebuah koperasi. Ahh.. udah ahh, nggak mau bahas
Akung. Mewek lagi nih gue L
Orang tuaku
semakin hari kian bertingkah. Ayah selingkuh, Mama juga. Aku pasrah ngadepin
mereka. Jujur, sebenarnya aku iri sama anak-anak lain diluar sana yang lengkap
akan kasih sayang orang tua, terutama Mama mereka :’) terkadang aku mikir, buat
apa aku punya Mama kalo aku nggak pernah ngrasain kasih sayang dari Mama. Aku
juga kangen adikku. Padahal rumah Yangti sama rumah Mama deket, masih sama-sama
dalam satu kota, tapi kenapa bertemu aja harus nunggu lebaran. Yah yah yaaahh..
tuh kan gue nangis lagi.
***
“Woy.. woy..
woy..!! Dewi ! Nglamun terus dari tadi. Kamu kenapa sih?” Vida memecahkan
lamunanku.
“Eh.. sorry
sorry Da, aku lagi nggak konsen nih!” Jawabku.
“Kamu kenapa
sih? Ada masalah?” Tanya Vida.
“Eh.. enggak
kok, aku cuman lagi nggak enak badan!” Jelasku.
“Yaudah, aku
anterin kamu pulang deh!”
“Tapi Da.
Aku..”
“STOP!
Dilarang protes! Aku males lihat kamu murung kaya gini. Aku takut kamu
kenapa-napa! Udah, sekarang kita pulang aja!” Tegas Vida.
***
“Mungkin
lebih baik hubungan kita sampai disini aja! Sepertinya kita udah nggak cocok.
Lagi pula cintamu bukan buat aku!”
“Tapi Dew..”
“Sudahlah
Rio, aku nggak apa-apa kok, kitakan masih bisa temenan J”
“OK! Kalo
itu mau kamu..”
***
Hari demi
hari ku lalui tanpa ada Rio disisihku. Kangen, rindu merajukku. Tapi biarlah,
mungkin ini yang terbaik buat semuanya. “Aku sayang banget sama kamu melebihi
apapun, aku rela nglakuin apa aja buat kamu, termasuk merelakanmu pergi”
Terdengar
kabar kalau Rio jadian sama Devara. Aku bahagia meski akhirnya aku harus
kehilangan orang yang sangat aku sayangi dan cintai lagi, dan lagi. Selamat
tinggal motivatorku, semoga kalian bisa dapatkan kebahagiaan yang abadi tanpa
adanya aku..
Judul : Kenyataan Pahit
By : Nindya Kusuma Dewi
Date : 02-01-2013
ga bisa komen apa-apa
BalasHapuscuma sedih dengerin crta y sama