Winnie The Pooh Glitter Tulisanku: Cerpen 'Aku Menyesal' (by. Nindya Kusuma Dewi)

Sabtu, 06 Juli 2013

Cerpen 'Aku Menyesal' (by. Nindya Kusuma Dewi)

           

                   Hujan tak jua berakhir saat aku mendekap tanah ini. Air mataku mengalir bersama belaian air langit. Hatiku tak henti menjerit menyesal dan meminta ampun. Jemariku menggenggam erat batu bertulis yang berdiri kokoh diatas singgahsanamu. Batu itu seakan menjadi batas antara duniaku dan duniamu.
                Hari ini kau pergi. Kau benar-benar pergi dan tak pernah memberi kesempatan aku untuk mengakui dosa besarku padamu. Aku menyadari ini semua salahku. Semua ini khilafku. Kau pergi karna aku. Seandainya kamu tak pernah mencintaiku, pasti semua takkan seperti ini. Aku nggak habis pikir kamu tega ninggalin aku dengan berjuta penyesalanku yang lahir sejak...
                Aku bertemu Fathan.
                Fathan adalah anak pengusaha ternama di kotaku. Dia terkenal bandel disekolahku. Semua orang takut padanya. Kepala Sekolah pun tidak berani menindak lanjutinya dengan alasan orangtua Fathan adalah donatur terbesar di Yayasan ini. Hampir 75% yang ada di sekolah ini adalah sumbangan dari orangtua Fathan. Hal ini membuat Fathan semakin bertingkah dan merasa paling berkuasa.
                Pada suatu hari saat aku di perpustakaan, Fathan memandangiku dan sesekali berbicara sama temen-temen se-genknya sambil tertawa. “Apa ada yang aneh dengan gue? Apa mereka mentertawakan gue? Ahh bodo amat ahh” Gumamku dalam hati. Karna pandangan itu semakin membuatku risih, aku bergegas pergi keluar. Belum sempat aku beranjak keluar tanganku ditarik oleh Fathan. Karena aku merasa belum siap akhirnya aku terjatuh, dan Fathan dengan segera menangkap tubuhku. “Eh.. maaf ya.. ohya kenalin gue Fathan..” Sapa Fathan sambil menyodorkan tangannya dengan ramah. “What? Fathan? Nggak salah nih? Dia bisa bilang maaf dengan cara ngomong yang seramah ini?” Gumamku dalam hati. “Hello.. kok nglamun sih? Kenapa? Terpesona ya lihat ketampanan gue?” Sambung Fathan membuyarkan lamunanku. “Eh.. Engg.. Ih.. PD banget sih lo!!”Sewotku sembari berdiri dan beranjak meninggalkan Fathan “Eh.. tunggu!!” Cegah Fathan yang sekarang berada didepanku. “Apaan sih, minggir, gue mau lewat!” Erangku. “Ih.. galak banget sih lo! Gue kan cuman pengen kenalan sama lo!”. “Ha? Kenalan? Penting ya buat lo?” Timpalku. “Ih.. kalau marah tambah manis deh!” Goda Fathan. “Halah tau ahh, basi!” Jawabku pergi. “Eh.. tunggu, GUE SUKA SAMA LO! GUE JATUH CINTA SEJAK PERTAMA GUE LIHAT LO!!” Teriak Fathan. Aku tersentak kaget. Sejenak berhenti dan berbalik memandangi wajah Fathan. Tak terlintas gurauan diwajahnya. Aku membisu dan langsung berlari meninggalkan Fathan.
***
Esoknya, aku dikejutkan dengan setangkai bunga matahari yang tergeletak manis diatas bangkuku, diatasnya terdapat sebuah kartu ucapan bertulis kata “I Love You” tanpa nama pengirim. Aku bingung siapa yang ngasih ini.
Besoknya lagi aku mendapati hal yang sama. Bunga matahari dan kartu ungkapan perasaan. Begitu pada hari-hari berikutnya. Aku penasaran siapa orang misterius ini. Akhirnya aku bertekat untuk mencari tahu siapa dia. Aku sengaja datang kesekolah lebih awal.Aku bersembunyi dibalik jendela dan mengamati bangkuku. Tak lama kemudian muncul seorang cowok yang wajahnya sama sekali tak asing bagiku. Fathan. “Oh jadi selama ini elo si pengirim bunga misterius itu?” Kagetku membuat Fathan kelabakan. “Oh.. Eh.. Oh.. Hmm.. kalau iya kenapa?” Jawab Fathan mencoba tegas. “Maksud lo apa kaya gini?”.”Gue itu sayang sama elo. Gue cinta sama elo, Emily” Seru Fathan sambil menggenggam kedua tanganku. “Alah..bulshit!” Aku menghempaskan kedua tangan Fathan dari tanganku. “Gue serius Emily. Gue cinta sama lo!”. “Alah.. cowok egois kaya lo mana bisa sih punya perasaan keorang lain!!” Jawabku tegas. “Buktinya gue beneran cinta sama lo!”. “Alah.. bodo amat. Gue nggak suma sama lo!”. “Tapi.. kenapa? Gue kurang apa?” Tanya Fathan. “Sifat lo! Gue gak suka sama sifat lo yang sok kuasa itu dan nggak pernah ngebiarin orang lain bahagia. Lo selalu jahatin orang-orang yang padahal mereka sama sekali gak berdosa sama lo. Lo itu gak punya hati nurani. Gue benci sama lo!” Gertakku. “Ok! Gue bakal ngerubah sifat gue! Gue bakal buktiin ke lo kalau gue bener-bener sayang sama lo!!” Tegas Fathan sembari berlalu.
***
Besoknya, keadaan sekolahku damai banget. Nggak ada ribut-ribut lagi. Memang benar, Fathan berubah. Aku seneng banget. Semoga aja bakalan tetep kaya gini terus.
Hari-hari berlalu, tak ada lagi keributan. Fathan sudah menepatin janjinya. Dia benar-benar serius dengan ucapannya.
***
Dirumah.
“Emily, ada temen kamu diluar!” Panggil Mama. “Siapa Ma?” Tanyaku. “Mama nggak tau Nak! Dia laki-laki dan sepertinya belum pernah maen kesini!” Timpal Mama. “Huh siapa sih dateng malem-malem gini!”Gerutuku.
Aku keluar kamar menuju teras rumah.
“Elo?” Teriakku kaget. “Hay?” Sapa Fathan manis. “Ngapain sih lo kerumah gue?” Tanyaku kesal. “Gue kangen sama lo! Gue kangen lihat wajah lo yang manis!” Jawab Fathan lugu sembari menyodorkan setangkai bunga matahari. Aku terdiam. Dari dalam terdengar suara Mama. “Emily, temennya diajak masuk! Diluar dingin!”. “Iya Ma! Ini juga udah mau pulang kok!” Jawabku membohongi Mama. “Udah deh mending sekarang lo pulang. Gue ngantuk. Gue mau tidur. Gue males ketemu siapapun!” Omelku judes. “Kok lo ngusir gue sih? Ya maaf kalo kehadiran gue disini ngeganggu lo. Gue cuman pengen ngasih ini ke lo!” Nyodorin bunga. “Gue nggak mau nrima apapun dari lo!”. “Please terima ini. Gue nggak akan pulang sebelum lo terima ini!” Paksa Fathan. “Ok gue terima. Mana?” Aku terpaksa menerima bunga itu. “Dan sekarang lo pulang sana!” Usirku. “Iya gue bakal pulang. Makasih ya udah nerima bunga dari gue!” Fathan pergi keluar pagar.
Dikamar,
“Aduh.. apa gue jahat banget ya sama Fathan? Pasti dia tadi sedih banget. Aduh.. gue jadi gak enak gini sama Fathan. Emm tapi kalau dipikir-pikir gak ada salahnya juga dia gue giniin. Setidaknya dia bisa berubah dan nggak nggangguin orang-orang disekeliling dia lagi! Ih.. kok gue jadi mikirin Fathan sih.. Bodo ah.. Tidur aja deh!” Aku beranjak mematikan lampu kamarku dan tidur.
Diluar,
“Good night my sunshine, have a nice dream!” Ucap Fathan lirih.
Ternyata Fathan masih stay didepan rumah Emily menunggu Emily tidur.
***
Hari ini nggak ada pelajaran jadi anak-anak SMA Harapan Jaya dipulangkan agak pagi. Karna gak ada yang jemput terpaksa aku jalan kaki sampai rumah, kebetulan juga aku lupa bawa dompet jadi gak ada ongkos buat naik taxi.
Dijalan aku bertemu dengan 3 orang preman. Mereka menggodaku. Aku berteriak minta tolong namun tak ada jawaban karna jalanan saat itu sangat sepi. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara. “Dasar bajingan, lepasin cewek gue!” Teriak Fathan. “Lo siapa? Lo nantangin kita?” Jawab salah seorang preman itu. “Jangan ganggu cewek gue!” Gertak Fathan sambil menarik lenganku dan menyuruhku pergi menjauh. “Wah.. berani lo sama kita? Ayo kita hajar dia!” Sergap sang preman. Sebuah pukulan melayang namun dapat dihindari oleh Fathan. Balik dia melayangkan sebuah tinju diwajah salah seorang preman dan.. Duggg.. Kena tepat dipipi kiri preman itu. Namun tanpa disadari dari belakang salah seorang dari preman itu mengambil sebuah balok kayu dan menghempaskannya ke punggung Fathan. Fathan teriak kesakitan dan pingsan. Para preman itu langsung berlari meninggalkan Fathan. “Fathan!!” Teriakku sambil berlari mendekati Fathan. “Fathan! Fathan! Bangun Than!” Namun tak ada jawaban dari Fathan. Tak lama kemudian temen-temenku datang dan kami langsung melarikan Fathan ke rumah sakit.
***
“Fathan, kamu udah sadar?” Cemasku. Namun Fathan hanya tersenyum diam. “Fathan!” Pekikku. Dia tetap tersenyum. Tak terasa air mataku mulai mengalir. Aku langsung memeluk Fathan. “Aku takut terjadi apa-apa sama kamu!” Isakku. Fathan membalas pelukanku kemudian dia melepaskannya. Dia mengusap air mataku dengan kedua tangannya yang sidikit kasar. “Kok jadi aku kamu gini sih ngomongnya. Hehe kamu gak apa-apakan Emily?” Tanya Fathan. “Bodoh!” Bentakku. “Kamu bodoh Than, disaat keadaan kamu kaya gini masih sempet-sempetnya nanyain keadaan aku. Kamu bodoh, ngapain sih kamu mau-maunya ngorbanin diri kamu buat orang yang ga...” Belum sempat aku meneruskan kalimatku, Fathan mendekatkan telunjuknya kemulutku. Aku langsung terdiam. “Aku nggak akan pernah mungkin ngebiarin seorang wanita yang sangat aku cintai terluka!”. Jawab Fathan. “Tapi kamu jadi kay..” Tiba-tiba Fathan melekatkan bibirnya kebibirku. Dia mengecup lembut bibirku sehingga aku langsung tersentak kaget. “Fathan!” Gertakku dan langsung berlari meninggalkan Fathan.
***
                Disekolah.
                “Udah 2 Minggu Fathan nggak masuk. Apa parah banget ya sampe-sampe dia ngga masuk selama ini?” Gumamku. Pulang sekolah aku berinisiatif untuk menjenguk Fathan dirumah sakit namun kata keluarganya Fathan tidak mau menemuiku. Entah kenapa tiba-tiba hatiku terasa sesak, sakit banget mengetahui hal itu. Aku pun pulang dengan perasaan campur aduk. Sejak saat itu aku bener-bener gak pernah ketemu Fathan lagi. Entah mengapa aku merasa sangat kehilangan sosok Fathan. Aku pengen banget ketemu dia. Sekarang aku baru sadar kalau aku juga mencintainya.
***
                Seminggu kemudian aku mendapat kabar bahwa Fathan kritis. Aku langsung menemui Fathan dirumah sakit. Aku memandangi Fathan dari balik jendela pintu ruang UGD. Aku pun tak sanggup lagi membendung air mataku yang sedari tadi memberontak ingin terjun. Hatiku seperti diiris-iris melihat orang yang sangat aku cintai tergeletak didalam sana dikelilingi para dokter dan berbagai macam alat yang menancapi tubuhnya. Aku tak melihat sosok Fathan yang berani, yang keras kepala, yang konyol, yang aku lihat hanya seorang Fathan yang terbujur pasrah.
Tiba-tiba semuanya pun terasa berat dan gelap. Saat aku sadar aku sudah berada dirumah. “Emily, untung kamu sudah sadar Nak. Mama sangat mengkhawatirkanmu sayang.” Ucap Mama sambil membelai rambutku. “Fathan gimana Ma?” Desahku lemas. Namun Mamaku terdiam dan langsung menangis memeluk erat tubuhku. “Ma.. Mama kenapa? Fathan gimana Ma? Pasti sekarang dia sudah sadar? Iyakan Ma? Emily kangen banget sama dia Ma!”. “Kamu yang sabar ya Nak. Fathan sudah dipanggil Tuhan.” Isak Mama. “Apa? Mama ngomong apa sih? Mama bohongkan? Mama gak seriuskan? Fathan gak boleh pergi Ma! Emily sayang sama dia. Emily cinta Ma sama dia.” Tangisku pun meledak. “Mama nggak bohong Nak. Mama serius! Kamu harus ikhlas Nak.” Mama pun menceritakan semuanya. Ternyata Fathan mengidap kanker tulang stadium akhir. Dia tidak terima dengan keadaanya makanya dia memberontak dan ingin orang lain menderita seperti yang dia rasakan. Dia sangat benci jika melihat orang lain bahagia. Maka dari itu dia menjadi brutal. Tapi semenjak kenal aku dia berubah. Dia mulai bisa menerima keadaan dia. Tapi pukulan balok kayu itu membuat keadaanya semakin parah hingga akhirnya merenggut nyawanya. “Ini ada titipan dari Fathan buat kamu Nak!” Tambah Mama.
To : Matahariku, Emily
                Ini adalah lembar surat permohonan maaf untuknya yang sangat aku cintai, sedang aku tak sempat menyampaikannya. Aku hanyalah sosok bayang yang datang atas nama rindu, ketika perih meruak mencambuk sekujur jiwaku, cinta itu tiba-tiba datang. Cinta itu menyinariku hingga perih itu hilang.
                Aku sangat mencintaimu sebagaimana engkau memahaminya diatas semua kelebihan dan kekurangan. Maafkan aku yang tak lagi bisa menjadi pelindungmu ketika badai merayumu, yang tak lagi bisa menjagamu disetiap gundah yang menggodamu. Maafkan aku, Matahariku. Terimakasih, sinarmu telah mengubah hidupku. Kau telah membangunkanku dari rasa sakit yang kuciptakan sendiri. Sekali lagi terimakasih Sayang.
Lewat selembar surat ini saksikanlah kesungguhan yang dikatakan hati ini. Dengarlah bahwa aku selalu mencintaimu sampai kapan pun. Aku selalu menyayangimu. Emilyku Sayang, berjanjilah bahwa kau akan selalu bersinar cantik, lebih cantik dari bunga matahari yang selalu aku selipkan untukmu. Jangan biarkan hujan merenggut keindahanmu, Sayang. Aku akan menunggumu disini, untuk kita.
From : Fathan
“Aku juga mencintaimu, Fathan!” Tangisku


Aku pun berjalan menyusuri pemakaman yang sepi manusia karna hujan.  Aku menangis dalam derasnya tangisan langit ketika aku tiba disebuah gundukan tanah bernisan “Fathan”.
~TAMAT~

Judul : Aku Menyesal
By     : Nindya Kusuma Dewi

NO COPAS!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aturan komentar :
- Berikan komentar dengan bahasa yang sopan dan santun
- Jangan disingkat-singkat
- Komentar dengan kata-kata kotor tidak akan saya publikasikan