Hari
ini kau pergi. Kau benar-benar pergi dan tak pernah memberi kesempatan aku
untuk mengakui dosa besarku padamu. Aku menyadari ini semua salahku. Semua ini
khilafku. Kau pergi karna aku. Seandainya kamu tak pernah mencintaiku, pasti
semua takkan seperti ini. Aku nggak habis pikir kamu tega ninggalin aku dengan
berjuta penyesalanku yang lahir sejak...
Aku
bertemu Fathan.
Fathan
adalah anak pengusaha ternama di kotaku. Dia terkenal bandel disekolahku. Semua
orang takut padanya. Kepala Sekolah pun tidak berani menindak lanjutinya dengan
alasan orangtua Fathan adalah donatur terbesar di Yayasan ini. Hampir 75% yang
ada di sekolah ini adalah sumbangan dari orangtua Fathan. Hal ini membuat
Fathan semakin bertingkah dan merasa paling berkuasa.
Pada
suatu hari saat aku di perpustakaan, Fathan memandangiku dan sesekali berbicara
sama temen-temen se-genknya sambil tertawa. “Apa ada yang aneh dengan gue? Apa
mereka mentertawakan gue? Ahh bodo amat ahh” Gumamku dalam hati. Karna
pandangan itu semakin membuatku risih, aku bergegas pergi keluar. Belum sempat
aku beranjak keluar tanganku ditarik oleh Fathan. Karena aku merasa belum siap
akhirnya aku terjatuh, dan Fathan dengan segera menangkap tubuhku. “Eh.. maaf
ya.. ohya kenalin gue Fathan..” Sapa Fathan sambil menyodorkan tangannya dengan
ramah. “What? Fathan? Nggak salah nih? Dia bisa bilang maaf dengan cara ngomong
yang seramah ini?” Gumamku dalam hati. “Hello.. kok nglamun sih? Kenapa?
Terpesona ya lihat ketampanan gue?” Sambung Fathan membuyarkan lamunanku. “Eh..
Engg.. Ih.. PD banget sih lo!!”Sewotku sembari berdiri dan beranjak
meninggalkan Fathan “Eh.. tunggu!!” Cegah Fathan yang sekarang berada
didepanku. “Apaan sih, minggir, gue mau lewat!” Erangku. “Ih.. galak banget sih
lo! Gue kan cuman pengen kenalan sama lo!”. “Ha? Kenalan? Penting ya buat lo?”
Timpalku. “Ih.. kalau marah tambah manis deh!” Goda Fathan. “Halah tau ahh,
basi!” Jawabku pergi. “Eh.. tunggu, GUE SUKA SAMA LO! GUE JATUH CINTA SEJAK
PERTAMA GUE LIHAT LO!!” Teriak Fathan. Aku tersentak kaget. Sejenak berhenti
dan berbalik memandangi wajah Fathan. Tak terlintas gurauan diwajahnya. Aku
membisu dan langsung berlari meninggalkan Fathan.
***
Esoknya, aku
dikejutkan dengan setangkai bunga matahari yang tergeletak manis diatas
bangkuku, diatasnya terdapat sebuah kartu ucapan bertulis kata “I Love You”
tanpa nama pengirim. Aku bingung siapa yang ngasih ini.
Besoknya lagi
aku mendapati hal yang sama. Bunga matahari dan kartu ungkapan perasaan. Begitu
pada hari-hari berikutnya. Aku penasaran siapa orang misterius ini. Akhirnya
aku bertekat untuk mencari tahu siapa dia. Aku sengaja datang kesekolah lebih
awal.Aku bersembunyi dibalik jendela dan mengamati bangkuku. Tak lama kemudian
muncul seorang cowok yang wajahnya sama sekali tak asing bagiku. Fathan. “Oh
jadi selama ini elo si pengirim bunga misterius itu?” Kagetku membuat Fathan
kelabakan. “Oh.. Eh.. Oh.. Hmm.. kalau iya kenapa?” Jawab Fathan mencoba tegas.
“Maksud lo apa kaya gini?”.”Gue itu sayang sama elo. Gue cinta sama elo, Emily”
Seru Fathan sambil menggenggam kedua tanganku. “Alah..bulshit!” Aku
menghempaskan kedua tangan Fathan dari tanganku. “Gue serius Emily. Gue cinta
sama lo!”. “Alah.. cowok egois kaya lo mana bisa sih punya perasaan keorang
lain!!” Jawabku tegas. “Buktinya gue beneran cinta sama lo!”. “Alah.. bodo
amat. Gue nggak suma sama lo!”. “Tapi.. kenapa? Gue kurang apa?” Tanya Fathan.
“Sifat lo! Gue gak suka sama sifat lo yang sok kuasa itu dan nggak pernah
ngebiarin orang lain bahagia. Lo selalu jahatin orang-orang yang padahal mereka
sama sekali gak berdosa sama lo. Lo itu gak punya hati nurani. Gue benci sama
lo!” Gertakku. “Ok! Gue bakal ngerubah sifat gue! Gue bakal buktiin ke lo kalau
gue bener-bener sayang sama lo!!” Tegas Fathan sembari berlalu.
***
Besoknya,
keadaan sekolahku damai banget. Nggak ada ribut-ribut lagi. Memang benar,
Fathan berubah. Aku seneng banget. Semoga aja bakalan tetep kaya gini terus.
Hari-hari
berlalu, tak ada lagi keributan. Fathan sudah menepatin janjinya. Dia benar-benar
serius dengan ucapannya.
***
Dirumah.
“Emily, ada
temen kamu diluar!” Panggil Mama. “Siapa Ma?” Tanyaku. “Mama nggak tau Nak! Dia
laki-laki dan sepertinya belum pernah maen kesini!” Timpal Mama. “Huh siapa sih
dateng malem-malem gini!”Gerutuku.
Aku keluar
kamar menuju teras rumah.
“Elo?”
Teriakku kaget. “Hay?” Sapa Fathan manis. “Ngapain sih lo kerumah gue?” Tanyaku
kesal. “Gue kangen sama lo! Gue kangen lihat wajah lo yang manis!” Jawab Fathan
lugu sembari menyodorkan setangkai bunga matahari. Aku terdiam. Dari dalam
terdengar suara Mama. “Emily, temennya diajak masuk! Diluar dingin!”. “Iya Ma!
Ini juga udah mau pulang kok!” Jawabku membohongi Mama. “Udah deh mending
sekarang lo pulang. Gue ngantuk. Gue mau tidur. Gue males ketemu siapapun!”
Omelku judes. “Kok lo ngusir gue sih? Ya maaf kalo kehadiran gue disini
ngeganggu lo. Gue cuman pengen ngasih ini ke lo!” Nyodorin bunga. “Gue nggak
mau nrima apapun dari lo!”. “Please terima ini. Gue nggak akan pulang sebelum
lo terima ini!” Paksa Fathan. “Ok gue terima. Mana?” Aku terpaksa menerima
bunga itu. “Dan sekarang lo pulang sana!” Usirku. “Iya gue bakal pulang.
Makasih ya udah nerima bunga dari gue!” Fathan pergi keluar pagar.
Dikamar,
“Aduh.. apa
gue jahat banget ya sama Fathan? Pasti dia tadi sedih banget. Aduh.. gue jadi
gak enak gini sama Fathan. Emm tapi kalau dipikir-pikir gak ada salahnya juga
dia gue giniin. Setidaknya dia bisa berubah dan nggak nggangguin orang-orang
disekeliling dia lagi! Ih.. kok gue jadi mikirin Fathan sih.. Bodo ah.. Tidur aja
deh!” Aku beranjak mematikan lampu kamarku dan tidur.
Diluar,
“Good night my
sunshine, have a nice dream!” Ucap Fathan lirih.
Ternyata
Fathan masih stay didepan rumah Emily menunggu Emily tidur.
***
Hari ini nggak
ada pelajaran jadi anak-anak SMA Harapan Jaya dipulangkan agak pagi. Karna gak
ada yang jemput terpaksa aku jalan kaki sampai rumah, kebetulan juga aku lupa
bawa dompet jadi gak ada ongkos buat naik taxi.
Dijalan aku
bertemu dengan 3 orang preman. Mereka menggodaku. Aku berteriak minta tolong namun
tak ada jawaban karna jalanan saat itu sangat sepi. Tiba-tiba dari belakang
terdengar suara. “Dasar bajingan, lepasin cewek gue!” Teriak Fathan. “Lo siapa?
Lo nantangin kita?” Jawab salah seorang preman itu. “Jangan ganggu cewek gue!”
Gertak Fathan sambil menarik lenganku dan menyuruhku pergi menjauh. “Wah..
berani lo sama kita? Ayo kita hajar dia!” Sergap sang preman. Sebuah pukulan
melayang namun dapat dihindari oleh Fathan. Balik dia melayangkan sebuah tinju
diwajah salah seorang preman dan.. Duggg.. Kena tepat dipipi kiri preman itu.
Namun tanpa disadari dari belakang salah seorang dari preman itu mengambil
sebuah balok kayu dan menghempaskannya ke punggung Fathan. Fathan teriak
kesakitan dan pingsan. Para preman itu langsung berlari meninggalkan Fathan.
“Fathan!!” Teriakku sambil berlari mendekati Fathan. “Fathan! Fathan! Bangun
Than!” Namun tak ada jawaban dari Fathan. Tak lama kemudian temen-temenku
datang dan kami langsung melarikan Fathan ke rumah sakit.
***
“Fathan, kamu
udah sadar?” Cemasku. Namun Fathan hanya tersenyum diam. “Fathan!” Pekikku. Dia
tetap tersenyum. Tak terasa air mataku mulai mengalir. Aku langsung memeluk
Fathan. “Aku takut terjadi apa-apa sama kamu!” Isakku. Fathan membalas
pelukanku kemudian dia melepaskannya. Dia mengusap air mataku dengan kedua
tangannya yang sidikit kasar. “Kok jadi aku kamu gini sih ngomongnya. Hehe kamu
gak apa-apakan Emily?” Tanya Fathan. “Bodoh!” Bentakku. “Kamu bodoh Than,
disaat keadaan kamu kaya gini masih sempet-sempetnya nanyain keadaan aku. Kamu
bodoh, ngapain sih kamu mau-maunya ngorbanin diri kamu buat orang yang ga...”
Belum sempat aku meneruskan kalimatku, Fathan mendekatkan telunjuknya
kemulutku. Aku langsung terdiam. “Aku nggak akan pernah mungkin ngebiarin
seorang wanita yang sangat aku cintai terluka!”. Jawab Fathan. “Tapi kamu jadi
kay..” Tiba-tiba Fathan melekatkan bibirnya kebibirku. Dia mengecup lembut
bibirku sehingga aku langsung tersentak kaget. “Fathan!” Gertakku dan langsung
berlari meninggalkan Fathan.
***
Disekolah.
“Udah
2 Minggu Fathan nggak masuk. Apa parah banget ya sampe-sampe dia ngga masuk
selama ini?” Gumamku. Pulang sekolah aku berinisiatif untuk menjenguk Fathan
dirumah sakit namun kata keluarganya Fathan tidak mau menemuiku. Entah kenapa
tiba-tiba hatiku terasa sesak, sakit banget mengetahui hal itu. Aku pun pulang
dengan perasaan campur aduk. Sejak saat itu aku bener-bener gak pernah ketemu
Fathan lagi. Entah mengapa aku merasa sangat kehilangan sosok Fathan. Aku
pengen banget ketemu dia. Sekarang aku baru sadar kalau aku juga mencintainya.
***
Seminggu
kemudian aku mendapat kabar bahwa Fathan kritis. Aku langsung menemui Fathan
dirumah sakit. Aku memandangi Fathan dari balik jendela pintu ruang UGD. Aku
pun tak sanggup lagi membendung air mataku yang sedari tadi memberontak ingin
terjun. Hatiku seperti diiris-iris melihat orang yang sangat aku cintai tergeletak
didalam sana dikelilingi para dokter dan berbagai macam alat yang menancapi tubuhnya.
Aku tak melihat sosok Fathan yang berani, yang keras kepala, yang konyol, yang
aku lihat hanya seorang Fathan yang terbujur pasrah.
Tiba-tiba
semuanya pun terasa berat dan gelap. Saat aku sadar aku sudah berada dirumah.
“Emily, untung kamu sudah sadar Nak. Mama sangat mengkhawatirkanmu sayang.”
Ucap Mama sambil membelai rambutku. “Fathan gimana Ma?” Desahku lemas. Namun
Mamaku terdiam dan langsung menangis memeluk erat tubuhku. “Ma.. Mama kenapa?
Fathan gimana Ma? Pasti sekarang dia sudah sadar? Iyakan Ma? Emily kangen
banget sama dia Ma!”. “Kamu yang sabar ya Nak. Fathan sudah dipanggil Tuhan.”
Isak Mama. “Apa? Mama ngomong apa sih? Mama bohongkan? Mama gak seriuskan?
Fathan gak boleh pergi Ma! Emily sayang sama dia. Emily cinta Ma sama dia.”
Tangisku pun meledak. “Mama nggak bohong Nak. Mama serius! Kamu harus ikhlas
Nak.” Mama pun menceritakan semuanya. Ternyata Fathan mengidap kanker tulang
stadium akhir. Dia tidak terima dengan keadaanya makanya dia memberontak dan
ingin orang lain menderita seperti yang dia rasakan. Dia sangat benci jika
melihat orang lain bahagia. Maka dari itu dia menjadi brutal. Tapi semenjak
kenal aku dia berubah. Dia mulai bisa menerima keadaan dia. Tapi pukulan balok
kayu itu membuat keadaanya semakin parah hingga akhirnya merenggut nyawanya. “Ini
ada titipan dari Fathan buat kamu Nak!” Tambah Mama.
To : Matahariku, Emily
Ini
adalah lembar surat permohonan maaf untuknya yang sangat aku cintai, sedang aku
tak sempat menyampaikannya. Aku hanyalah sosok bayang yang datang atas nama
rindu, ketika perih meruak mencambuk sekujur jiwaku, cinta itu tiba-tiba
datang. Cinta itu menyinariku hingga perih itu hilang.
Aku
sangat mencintaimu sebagaimana engkau memahaminya diatas semua kelebihan dan
kekurangan. Maafkan aku yang tak lagi bisa menjadi pelindungmu ketika badai
merayumu, yang tak lagi bisa menjagamu disetiap gundah yang menggodamu. Maafkan
aku, Matahariku. Terimakasih, sinarmu telah mengubah hidupku. Kau telah
membangunkanku dari rasa sakit yang kuciptakan sendiri. Sekali lagi terimakasih
Sayang.
Lewat selembar
surat ini saksikanlah kesungguhan yang dikatakan hati ini. Dengarlah bahwa aku
selalu mencintaimu sampai kapan pun. Aku selalu menyayangimu. Emilyku Sayang,
berjanjilah bahwa kau akan selalu bersinar cantik, lebih cantik dari bunga
matahari yang selalu aku selipkan untukmu. Jangan biarkan hujan merenggut
keindahanmu, Sayang. Aku akan menunggumu disini, untuk kita.
From : Fathan
“Aku juga
mencintaimu, Fathan!” Tangisku
Aku pun
berjalan menyusuri pemakaman yang sepi manusia karna hujan. Aku menangis dalam derasnya tangisan langit
ketika aku tiba disebuah gundukan tanah bernisan “Fathan”.
Judul : Aku Menyesal
By : Nindya Kusuma Dewi
~TAMAT~
Judul : Aku Menyesal
By : Nindya Kusuma Dewi
NO COPAS!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Aturan komentar :
- Berikan komentar dengan bahasa yang sopan dan santun
- Jangan disingkat-singkat
- Komentar dengan kata-kata kotor tidak akan saya publikasikan